Rabi'ah Adawiyah Birthday's

Ada suami-istri fakir yang sudah bertahun-tahun hidup serbakekurangan di pelosok sebuah negeri padang pasir. Tempat tinggal mereka cuma gubuk reyot. Hampir saban hari mereka berpuasa. Beda banget dengan kita sekarang yang bisa mendapetkan makanan-minuman lezat bahkan tanpa beranjak dari kursi kita.

Hari itu, menjelang petang, si istri yang sedang hamil tua menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Mereka tak punya persiapan layaknya suami-istri yang tengah menyambut kelahiran buah hati idaman. Jangankan sarana bersalin atau perlengkapan bayi, minyak tanah secukup untuk menyalakan lampu teplok saja mereka tak punya. Masya Allah!

"Kang Mas, kayaknya aku akan melahirkan malam nanti. Coba Kang Mas jalan-jalan keluar rumah, siapa tau dapat rezeki walau cuma pinjaman minyak tanah buat penerangan nanti ya...!" pinta si istri.

"Okelah kalo begitu. Doain aku ya, honey!" balas sang suami sambil mencium kening istrinya lalu beranjak pergi.

Lelaki itu pun menuruti permintaan istrinya, berkeliling di sekitar gubuk mereka. Ia memang berpapasan dengan beberapa tetangga di jalan. Tapi tak seorang pun yang menawari sesuatu padanya. Setelah cukup lama berkeliling hingga ke kampung sebelah, akhirnya ia memutuskan pulang. Apalagi feelingnya tiba-tiba jadi tak enak.

Benar. Setiba dekat gubuknya, ia mendengar istrinya merintih. Sontak ia menghambur masuk tergopoh-gopoh karena sangat gelap di dalam gubuk dan hari sudah beranjak malam. Ia berhasil juga menghampiri istrinya di balai-balai pembaringan mereka.

"Gimana Kang Mas? Sampean dapet apa?" tanya si istri sambil berusaha menahan sakit.
"Maaf ya Honey, aku g dapet apa-apa!" balasnya.
"Lho emangnya Kang Mas nggak ketemu orang-orang ta?"
"Tadi aku sih ketemu beberapa tetangga di jalan."
"Lah terus, Kang Mas nggak coba pinjam-pinjam gitu?"

"Maafin aku ya honey, aku nggak bisa seperti itu..."
"Oalah... piye tho Kang Mas ini?" si istri terus merintih. Ia pun tak kuasa dalam menghadapi keadaan saat itu.
"Sabar ya honey! Percayakan semuanya kepada Tuhan ya! Ia Maha Mengetahui apa yg dibutuhkan oleh para hamba-Nya dan yakinlah Ia tak akan tinggal diam. Sabar ya...!" ia coba menenangkan istrinya.

Dalam kepanikan itu dan si istri mulai mengalami proses persalinan, tiba-tiba pintu gubuk mereka seperti diketuk-ketuk orang.

"Siapa itu, Kang Mas?"
"Gak tau, honey. Sebentar coba ku lihat dulu, sabar ya..."

Ketika sang suami membuka daun pintu, tampak seseorang membawa sesuatu sembari tersenyum padanya dan diiringi serangkum cahaya terang menyemburat ke seluruh ruang gubuk mereka.

"Aku datang diutus Tuhan untuk memberikan balasan atas ketabahan kalian..." bisik tamu itu lirih.

Singkat cerita, si istri berhasil melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik banget. Tentu mereka berbahagia. Lebih membahagiakan lagi mereka berkecukupan persediaan makanan terutama asupan nutrisi untuk si istri dan buah hati mereka selama berhari-hari ke depan. Dan gadis mungil mereka itu diberi nama Rabi'ah Adawiyah yg menjadi seorang hawa "pecinta sejati Tuhan" di kemudian hari.

Inilah sebuah tamsil penghayatan firman-Nya dlm Alquran yg berbunyi Iyyaka na'budu waiyyaka nasta'in : hanya kepadaMu-lah kami menyembah dan hanya kepadaMujualah kami mohon pertolongan...! Wallahu a'lam!
Lanjutkan baca...

Ode Buat Gus Dur


I
Aku tak tahu, kata apa yang pantas kami ucapkan
untuk melepaskan, setelah engkau bulat
menjadi arwah
Setiap daun kering pasti terlepas dari tangkai
bersama takdir Tuhan
Untuk itu kami resapi Al-Ghazali
bahwa tak ada yang lebih baik
daripada yang telah ditakdirkan Allah
Karena itu kami rela
mesti tak sepenuhnya mengerti
karena yang terindah adalah rahasia
II
Bendera dinaikkan setengah tiang
Tapi angin seakan enggan menyentuhnya
apalagi mengibarkannya
Biarkan bendera itu merenung
menafakkuri kehilangan ini
yang bukan sekadar kepergian
Bendera itu diam-diam meneteskan juga
air mata, yang didahului tetesan embun di ujung daunan
Semua membisikkan doa
seperti yang kucapkan setelah kau dikuburkan
Bendera itu seperti tak punya alasan
untuk berkibar, seperti kami yang tak punya alasan
untuk meragukan cintamu
kepada buruh pencangkul yang tak punya tanah
atau kepada nelayan yang tidak kebagian ikan
Cintamu akan terus merayap
ke seluruh penjuru angin
dan tak mengenal kata selesai

III
Di antara kami ada yang mengenalmu
sebagai pemain akrobat yang piawai
sehingga kami kadang bersedih
dan yang lain tersenyum
Yang kadang terluput kulihat
adalah kelebat mutiara
yang membias sangat sebentar
Hanya gerimis dan sesekali hujan
yang menangisi momentum-momentum yang hilang
padahal kami tahu
momentum tak kan kembali
dan tidak akan pernah kembali

IV
Matahari besok akan terbit
mengembangkan senyummu
lalu dilanjutkan
oleh bibir bayi-bayi yang baru lahir
Merekalah nanti yang akan bangkit
membetulkan arah sejarah

V
Selamat jalan, Gus Dur!
Selamat berjumpa dengan orang-orang suci
Selamat berkumpul dengan para pahlawan
Karena engkau sendiri
memang pahlawan

karya: D. Zawawi Imron, penyair tinggal di Sumenep, Madura
(menukil dari www.jawapos.co.id edisi online 3 Januari 2010)
Lanjutkan baca...