Lampung Butuh Pemimpin Responsif


Dimuat dalam Harian Lampung Post, 30 April 2014

AJANG pesta demokrasi pemilihan Gubernur Lampung rampung. Pergelarannya berbarengan dengan Pemilu Legislatif serentak awal bulan ini lalu, usai sempat mengalami tarik-ulur sekian lama. Siapa pun sosok gubernur anyar beserta wakilnya yang akan menahkodai Lampung lima tahun mendatang, selayaknya bisa diterima oleh sekalian kalangan. Kepemimpinan yang mendapat legitimasi rakyat tentu lebih efektif menjalankan roda pemerintahan dan mewujudkan program-program yang dijanjikan sejalan impian khalayak luas dalam atmosfer yang kondusif.

Lampung rasanya memerlukan sentuhan ikhtiar progresif dalam berbagai aspek termasuk kehidupan lapisan sosialnya. Masih tersisa sederet ”pekerjaan rumah” yang hendaknya digarap lebih serius lagi di bawah kendali pemegang tampuk kekuasaan yang baru. 

Fakta Unik
Dalam kacamata umum, terlebih bagi perantau seperti saya, tak dipungkiri wilayah yang juga menjadi gerbang Pulau Andalas ini memendam potensi utamanya sumber daya alam yang memikat. Sejak menapakkan kaki pertama kali hingga bulan-bulan terakhir mengemban tugas kerja di bagian zona administratifnya, hati langsung terpikat dengan suasananya yang terbilang unik.

Keunikan itu bisa dirasakan antara lain, sebagian besar daerahnya yang masih lekat dengan nuansa bebukitan, laut dan lingkungan yang relatif menghijau. Ditambah ronanya yang bercorak kota-desa pada batas yang tidak terlalu jauh. Bandar Lampung, misalnya, ketika melintas di kawasan Raden Intan dan sekitarnya akan terasa suasana metropolis. Tapi saat bergeser ke Sukarame semisal area belakang kampus IAIN Raden Intan dan sekelilingnya yang bisa ditempuh kurang dari setengah jam, bakal menjumpai petak-petak sawah yang baru panen. Belum lagi, hasil buminya yang menggiurkan.

Lalu, kancah pergaulan masyarakatnya yang tampak kian majemuk dan hidup berdampingan dengan harmonis. Adat-istiadat serta dalam hal-hal tertentu rumpun bahasa ibu yang masih cukup terpelihara dengan baik.

Geliat dunia bisnis terutama masyarakat lapisan menengah ke bawah, juga menggugah harapan besar di kemudian hari. Ragamnya terus bermunculan dan berkembang dengan keunikan tersendiri. Jika pemerintah dan masyarakat bersinergi dalam kerjasama yang apik, bukan mustahil denyut perekonomian Sai Bumi Ruwa Jurai akan tumbuh pesat menyaingi provinsi-provinsi tetangganya. Apalagi, mengingat geografisnya sebagai pintu lintas Sumatera jelas amat strategis. 

Sejumlah Pekerjaan Rumah
Dari sini, tersisa serangkum pekerjaan rumah yang seharusnya lekas ditangani oleh rezim periode ini. Mulanya terkait dengan infrastruktur yang menopang kegiatan pemerintahan berikut perekonomian daerah serta masyarakat seluruhnya.

Masalah infrastruktur tersebut juga mencakup perbaikan maupun pemeliharaan jalan. Coba tengok jalan rusak di jalur sebelah bilangan Pramuka, Rajabasa, yang konon diperbaiki baru-baru ini. Lalu, jalan kawasan Tirtayasa-Sukarame yang sungguh memprihatinkan. Disusul jalanan dalam Jati Agung dari rute masuk perempatan dekat Polsek Sukarame-Way Halim. Itu pun belum terhitung jalan-jalan wilayah lainnya yang mendesak untuk dibenahi.

Corak geografis daratan Lampung dengan karakteristiknya yang unik, juga meniscayakan usaha penataan wilayah dan pemukiman yang semakin maknyus. Sebab, bisa jadi perkembangannya esok akan turut menggugah ketertarikan investor guna membuka lahan bisnis sekaligus menarik warga rantau dari berbagai penjuru tanah air untuk mengadu nasib. Perlu diingat, penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) jelas tidak bisa terabaikan demi kelestarian lingkungan.

Selanjutnya, berkenaan dengan masalah pemadaman listrik. Sampai hari ini, masih terjadi listrik mati secara bergiliran sewaktu-waktu. Bahkan, tak jarang kebijakan PLN ini berlangsung hingga berjam-jam lamanya. Jelas persoalan tersebut ikut membuat kegiatan usaha yang akan mendulang pendapatan daerah menjadi tersendat-sendat.

Upaya peningkatan keamanan yang meliputi seluruh Lampung menjadi prioritas tugas berikutnya. Yang tak kalah penting, jaminan sosial yang semakin melegakan publik. Termasuk di dalamnya kesempatan mengenyam pendidikan bagi kalangan tidak mampu, layanan kesehatan untuk warga miskin, serta penyediaan lapangan kerja. Tak ketinggalan penguatan civil society guna menyokong pembangunan yang sejati. Persoalan tersebut harus terakomodasi nyata dalam kebijakan pemerintah sesuai amanah konstitusi dan peraturan perundang-undangan.

Alhasil, menelisik serangkaian fakta dinamika yang terus berkembang tersebut, Lampung membutuhkan pemimpin yang responsif ke depan. Yakni, pemimpin yang sigap dalam merespon segala perikehidupan rakyat berikut problematika kekinian yang mengitarinya mengingat kepemimpinan demikian juga menjadi fundamen demokrasi (hakiki), sebagaimana pandangan Donald Kagan bahwa, demokrasi hanya mampu menciptakan negara yang berkeadilan ketika memiliki desain kelembagaan politik yang mapan, masyarakat yang mempraktikkan kebebasan demokrasi, dan kepemimpinan responsif. Jadi, pemimpin yang sungguh berperan selaku Khadim al-Ummah, pelayan rakyat. Bukan penguasa yang sebatas berorientasi kepentingan pribadi maupun golongan. Selamat bekerja!

Lanjutkan baca...