Hindari Politisasi Agama


AGAMA ibarat perawan yang berparas cantik dan molek. Agama selalu tampil memikat dengan busana sensual dalam segala suasana. Tidak mengherankan bila orang yang mengaku kenal agama gampang sekali tergiur untuk mengintiminya hanya demi melampiaskan nafsu kepentingan tertentu.

Terutama para petualang politik yang sedang mengincar kekuasaan sampai ileran. Mereka cenderung terobsesi memanfaatkan momen bercinta dengan agama lebih dulu, kemudian mencampakkannya ketika kekuasaan telah jatuh dalam pelukan mereka dengan mulus.

Perangai mereka yang semacam itu tidak dapat disalahkan sepenuhnya. Sebab, agama memang membersitkan rangsangan gairah kekuasaan.

Tentu, fenomena demikian sangat tidak kondusif untuk membidani lahirnya tiap bakal orok penguasa. Seperti temuan fakta mengenai beberapa calon kepala daerah yang menyematkan potret mereka pada sampul kitab suci dan sejenisnya, untuk membangun citra sebagai calon penguasa daerah pecinta sejati agama yang mesti didukung oleh semua rakyat daerah dalam pilkada nanti.

Padahal, dengan intrik tersebut, mereka justru tanpa sadar menelanjangi jatidiri sendiri sebagai pemerkosa agama. Maka, rakyat daerah mesti menyikapinya dengan cerdas. Jangan pilih cawali/cabup yang mengatasnamakan maupun memakai simbol agama.

* Dimuat di kolom "Gagasan" Harian Jawa Pos, 20 Mei 2005.
Tulisan yang lain juga dimuat di Harian Surya pada hari yang sama.
Tambahkan Komentar

0 comments