Tanggapan tentang Dramatic Victimization


TULISAN Bang Eki Syachrudin berjudul Dramatic Victimization di harian ini, 23 April 2005, bisa menjadi sebuah novum bahwa penyampaian buah pikiran dengan gaya redaksional persuasif sangat mudah memukau audiens (pembaca).

Akibatnya, mereka pun enggan mengkritisi apakah pernyataan yang dilontarkan koheren dengan fakta empirik atau tidak. Apalagi, bila si empunya pernyataan seseorang yang telah memiliki “nama besar”.

Demikian kurang lebih konklusi tulisan –dengan ilustrasi kasus dugaan suap Mulyana– tersebut dalam memaparkan kelaziman kontradiksi antara wacana dan fakta yang sangat mungkin justru ditutup-tutupi. Faktanya, fenomena semacam itu memang selama ini selalu terjadi dalam aneka rupa drama di negeri ini.

Sayangnya, uraian tulisan itu terkesan kurang cermat. Terutama jika mencermati paragraf ke-14 yang menyatakan, “Patutkah Mulyana...dinonjobkan dari BPK”. Korelasi antara “Mulyana” dan “BPK” kurang tepat karena sebenarnya tidak sesuai dengan konteks.

Catatan redaksi: yang dimaksud dalam tulisan tersebut dinonjobkan dari KPU, bukan BPK. Terima kasih koreksi Anda.

* Dimuat di kolom "Gagasan" Harian Jawa Pos, 28 April 2005*
Tambahkan Komentar

0 comments