La Tahzan for Parents
Penulis : K.H. Dindin Solahudin
Penerbit : Mizania, Bandung
Cetakan : I, Desember 2008
Tebal : 244 halaman
ANAK merupakan "kado" manis Tuhan utamanya bagi pasutri yang telah
mengidamkannya sekian lama. Tentu suasana rumah tangga akan bertambah
taste dengan tangis, canda, serta aksi jenakanya. Maka, patut disyukuri
hadirnya mengingat banyak pasangan menikah yang berepot ria demi
mendapatkannya. Upaya pedangdut goyang ngebor, Inul Daratista, yang sempat menjalani proses bayi tabung setelah bertahun-tahun belum dikaruniai
momongan, hanya sebuah tamsilnya.
Ungkapan syukur itu
sepantasnya pula tercurah melalui komitmen merawatnya dengan
sebaik-baiknya. Walau praktiknya dirasa lumayan ribet dan melelahkan.
Apalagi, ketika biaya hidup terus mahal sejalan kian susahnya mengais
rezeki seperti kini. Sementara, perkembangan anak secara azaly
berpotensi masalah, konflik, serta tantangan. Belum lagi, atmosfer
sosial lingkungan sekitar derap abad informasi-teknologi kekinian terasa
sering dahsyat mendedahkan efek samping.
Saking hebohnya mendampingi anak (-anak), membuat banyak orangtua merasa
kewalahan. Lebih-lebih jika urusannya menyangkut gelagat umumnya anak
dan (atau) ABG jaman sekarang yang terkesan "bejibun maunya" dalam
berbagai hal. Sebagian besar orangtua lantas dirundung perasaan kesal,
sedih, frustasi, atau pun apatis. Bahkan, seringkali dijumpai bapak-ibu
yang ringan tangan mencederai hingga merampas nyawa buah hatinya sendiri
hanya gara-gara persoalan sepele. Alamak!
Pada arasy itulah karya berumbul La Tahzan for Parents ini lahir turut menguarkan
spirit yang adem. Sebagaimana pengantar si penulis; buku ini khusus
disiapkan untuk mencoba membuka mata; melapangkan dada, memompa ghirah
dan memfasilitasi segenap orangtua dalam memainkan peranannya serta
membesarkan hati para ayah-bunda tatkala mendapat tekanan. Bersamaan itu, sekalian orangtua diarahkan agar menikmati fungsinya penuh suka-cita.
Bab demi babnya menjelentrehkan seputar dinamika keorangtuaan. Dimulai
dengan upaya pemaknaan peran orangtua, pemahaman tingkah polah anak,
dan cara menyikapinya. Berlanjut penjabaran pola sikap orangtua
mengasuh anak-anaknya dengan mendiskusikan amarah, amanah, nafkah,
ibadah, akidah, harmoni, rahasia, ghibah, pubertas, rongrongan luar,
doa, serta munajat.
Dengan bahasa yang merakyat, bacaan ini mengerami senarai pelajaran berdasar eksplorasi kaidah Islam secara apik, dipadu serangkaian kisah teladan semasa para Nabi beserta Sahabat atau orang-orang salih maupun cerita pengalaman sendiri. Lalu digenapi
pandangan tokoh filsafat dan pendidikan Barat seperti Plato, Thomas
Aquinas, Lewis B. Smedes, Dr. Richard Bereden dan lainnya.
Lebih
menarik lagi, buku ini mencoba ngudar relasi antara orangtua dan anak
yang cenderung mengalami pasang-surut melalui perspektif kedua pihak.
Anak dipandang pula sebagai partner atau mukhatab, yang terbuka
kemungkinan memiliki kompetensi melebihi pengalaman ayah-bunda. Prinsip
keteladanan pun lebih ditekankan ketimbang pengasuhan bercorak punitif
serampangan.
Tercatat pula serangkum ibrah yang sangat
urgen dicamkan orangtua maupun calon ayah-ibu. Antara lain, pentingnya
menahan kemarahan apalagi sampai memuncratkan semacam kutukan yang dapat
berakibat fatal terhadap langgam kehidupan anak nanti. Dari sini,
menurut hemat saya, legenda Malin Kundang kiranya jangan sebatas
digeneralisasi peringatan keras atas kedurhakaan seorang anak kepada
orangtua (ibu), tapi juga hendaknya dipahami betapa orangtua harus
menjaga ucapan dan senantiasa mengampuni kekhilafan anak.
Ihwal
penting berikutnya, yakni mengupayakan nafkah halalan thayyiban sesuai
tuntunan syariat untuk anak, meski sering kekurangan. Sebab, diiyakan
atau tidak, perilaku (mengesalkan) anak sebenarnya juga bergantung
asupan yang diberikan kepadanya. Bisa ditebak kontaminasi pemanfaatan
barang konsumsi dari fulus hasil suap, korupsi, dan sejenisnya terhadap
cikal kepribadian anak.
Yang tak kalah penting, orangtua dituntut istiqamah meneladankan refleksi kesalihan pribadi maupun
kesalihan sosial kepada anak. Figur ayah-ibu yang beakidah murni begitu
kukuh, sregep beribadah, serta bersolidaritas mengagumkan jelas ikut
amat berpengaruh positif membentuk karakter anak. Begitu juga
sebaliknya. Dan orang tua berkewajiban pintar menyimpan rahasia.
Buku
ini sempat pula menyentil pengaruh siaran televisi yang tak selamanya
kondusif bagi anak. Misalnya, tayangan kompetisi talenta vokal AFI
(Akademi Fantasi Indosiar) dulu atau Indonesian Idol yang masih tayang
di televisi beberapa waktu lalu. Rasanya, sama halnya tontonan Idola Cilik yang
sampai detik ini sedemikian menghegemoni terutama kalangan bocah, perlu
dicermati oleh berbagai elemen masyarakat. Termasuk maraknya acara
infotainment yang mengobral ghibah tentang sekelumit lelaku privasi ke
ruang publik.
Ringkas kata, berpredikat ayah-ibu
merupakan kepercayaan luar biasa yang dimandatkan Tuhan, sehingga tak
perlu terlalu berharap penghormatan dari anak. Orang tua kudu ikhlas
ngopeni anak dengan memberikan yang terbaik. Perkara menghadapi
kesulitan ekonomi dalam membiayainya, sungguh Tuhan Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana. Ikhtiar mengurus dan mendidik anak juga selayaknya
direalisasikan bergaya "sersan" (serius tapi santai) lewat metode yang
menyenangkan laiknya games sepenuh perhatian, cinta, serta kasih sayang;
dengan fokus pada proses bukan hasil belaka.
* salah satu paket kado sebagai Pemenang Utama Resensi Buku Mizan
0 comments