Sederet berita heboh terkait
orang-orang besar serasa bikin kepala gatal. Utamanya liputan yang bertubi-tubi
ditayangkan televisi hampir setiap hari. Tak ketinggalan jejaring sosial
Facebook yang juga menyediakan kanal berbayar untuk penyebarannya sekarang.
Namun tidak semua warta
yang menghebohkan belakangan ini, menyodorkan informasi yang benar-benar ciamik
dan mendidik. Tak sedikit di antaranya seringkali hanya sarat hiperbola alias lebay
banget. Semisal tautan ragamnya yang muncul di kolom paling kanan halaman
Facebook akhir-akhir ini.
Cuplikan berita itu
berembel-embel kalimat “Ini dia polisi yang ‘senjata’-nya bikin pengguna jalan
keder...” dan memajang foto perempuan muda berseragam coklat layaknya aparat. Tak
hanya itu, foto yang ditampilkan juga dengan zoom di area “sekwilda”
(sekitar wilayah dada). Ketika melirik gambar ilustrasinya saja, para
Facebooker dan masyarakat umum mulai dari ABG hingga dewasa, tentu akan tergiur
dan penasaran untuk membacanya lebih lanjut.
Jika hasil bidikan
media ini diklik, akan mengarah ke halaman situs www.otosia.com
sebagai sumbernya. Hanya, para sedulur dijamin bakal kecele
berat. Pasalnya, konten straight news (baca: warta
singkat) tersebut njekethek sama sekali tidak bersangkut-paut dengan
kemolekan seorang polwan dengan “senjata”-nya yang bikin keder sebagaimana cuplikannya
kikikikikikkk...
Isi pemberitaannya mengenai
aksi menarik polisi lelaki (anggota Satlantas) di Tuban, Jawa Timur, dalam
menindak pengendara yang tidak mematuhi peraturan lalu-lintas. Bahkan,
inisiatif punggawa Bhayangkara yang menuai apreasiasi berbagai kalangan tersebut,
dilakukan begitu simpatik tanpa kekerasan apalagi menggunakan senjata. Selengkapnya
monggo baca di sini.
Warta lebay dengan
balutan seksualitas macam itu kiranya patut dipertanyakan kelayakannya. Bukan
hanya lantaran kontradiksi label dan kontennya, teks dan konteksnya, namun juga
berpotensi pembodohan terhadap masyarakat. Tanpa disadari biasnya juga akan
mencipratkan konotasi negatif terhadap pihak maupun korps objek yang
diberitakan itu sendiri. Lebih jauh, eksesnya turut mengukuhkan penghalalan eksploitasi
terhadap kaum perempuan, diakui atau tidak.
Berita serupa lainnya
masih di ruang Facebook, berkenaan kasus dugaan suap atau money laundering
dalam kuota impor daging yang sedang gencar disorot media utamanya televisi.
Lagi-lagi sisipannya masih berbau seksualitas di Facebook. Dalam hal ini, foto perempuan
berinisial M yang disebut berhubungan dengan AF sekaligus penerima bagian harta
“kotor” saksi kasus tersebut ikut ditempel dengan pose menggoda. Kali ini embel-embel
yang dipakai Rani Tambah Montok Seksi dengan link sumbernya www.merdeka.com. Selengkapnya
monggo baca di sini.
Pertanyaannya,
mengapa angle yang dipelototi habis-habisan sama halnya yang disiarkan televisi
selalu berkutat pada kemontokan sejumlah perempuan dalam pusaran kasus itu?
Bukankah tidak semua perempuan tersebut memang layak dipersalahkan hingga belum
apa-apa telah dihakimi sedemikian rupa? Mengapa tidak menguak sisi-sisi kelam
sang lelaki yang menjadi biang keroknya lebih jauh saja tanpa rekayasa, hingga
terang benderang berbagai kemungkinan pelanggaran hukum perbuatannya yang lain
dan merugikan negara?
Apakah
bila tanpa “menelanjangi” pula sekalian perempuan di sekitar kasus demikian
akan membuat pemberitaannya tidak menarik, tidak akan mengerek rating dan tidak
menaikkan oplah maupun keuntungan? Jika mengingat pepatah “banyak jalan menuju
Roma” yang artinya banyak jalan mengungkap kebenaran dengan banyak cara yang lebih
menarik dan mendidik oleh media, maka berita-berita lebay macam itu tidak perlu
dihidangkan ke ruang publik. Bukankah awak media seharusnya lebih cerdas
mengupas ketimbang masyarakat biasa dengan obral celoteh jalanan? Dan tentunya
masih banyak pula cara meraup keuntungan tanpa menyisakan kerugian bagi sesama
lebih-lebih meludahkan aib terhadap subjek berita.
Sementara, kaum perempuan yang disasar sebagai
objek pemberitaan sejatinya wajib diperlakukan layaknya manusia sebelum
keputusan tetap dan mengikat yang digedok pengadilan. Toh pesakitan yang
terhukum berdasar ketetapan pengadilan sekalipun masih dijamin perlindungan
atas segala ihwal kehidupan berikut penghidupannya, selain bagian tindak
kejahatannya oleh Undang-Undang tho? Inilah sekelumit potret
berita-berita lebay televisi sepanjang perkembangan mutakhir. Berita lainnya
yang tak kalah lebay, bisa disimak dalam Tayangan Sarkasme Televisi dalam Kasus Impor Daging.
* Menukil dari tulisan serupa di Catatan Harian Kompasianaku
* Menukil dari tulisan serupa di Catatan Harian Kompasianaku
0 comments