ALIS kanan dan kiri saya langsung saling mendekat,
seperti pasangan sejoli yang hendak berpelukan erat karena tahu keluarganya
berniat memisahkan mereka, ketika pertama kali menyaksikan siaran berita
televisi siang itu. Diberitakan, seorang perempuan meninggal dunia setelah
minum es kopi Vietnam, di sebuah kedai pusat perbelanjaan mewah Jakarta
beberapa hari kemarin (6/1).
Dahi juga ikut berkerut terkepung
berbagai pertanyaan dan rasa penasaran. Saya yang semula akan mencari channel
tayangan hiburan, batal lantas menyimak dengan serius pemberitaannya. Belum
lagi, perempuan itu kabarnya pengantin anyar yang menikah pada bulan Desember
yang baru saja lewat. Kasus tersebut sedang terus didalami pihak kepolisian
sekarang.
Ya, iyalah kasusnya memang wajib
diusut sampai tuntas. Bagaimana ceritanya, hanya sehabis ngopi sekejap lalu
meninggal dunia? Tubuh perempuan tersebut mengalami kejang-kejang dan mulutnya
berbusa, sesaat usai meneguk kopi dingin. Walau dirinya sempat dibawa ke
klinik, lantas dilarikan ke rumah sakit, tapi nyawanya ndak tertolong
akhirnya.
Saya ndak bermaksud apriori,
hanya gara-gara sebagai penyuka (wedang) kopi hot. Tanpa menutup nalar
pula, bahwa Gusti Tuhan Mahakuasa untuk menjemput ajal siapapun dengan bermacam
sebab. Namun, kejadian itu sepatutnya disertai penjelasan, berdasar
temuan-temuan faktual yang mesti diselidiki seksama. Dan tentunya bukan sebatas
alibi, lantaran kemungkinan riwayat kesehatan, apalagi hanya dalih sudah menjadi
takdir perempuan itu.
Hasil perkembangan upaya pihak
berwajib yang dilansir banyak media sementara menyebutkan, bahwa kematian
perempuan itu memang ndak wajar. Minuman yang dikonsumsinya saat
kejadian, diduga kuat mengandung zat sianida. Bahkan, petugas kafe yang sempat mencicipi
hanya setetes ketika mengamankannya pun, kemudian mual dan muntah. Oalaaah...
Peristiwa itu bukan hanya telah
merenggut hidup sekaligus masa depan seseorang, dan melinangkan duka bagi
keluarganya. Melainkan, bukan mustahil ikhtiar sekalian pekerja bawahan dalam
mengais nafkah juga akan tersendat, sebab kedai tempat mereka bekerja menjadi
sepi pelanggan untuk beberapa waktu nanti. Lebih dari itu, rasa aman masyarakat
jelas ikut terusik kini.
Jajaran aparat berwenang diharapkan
segera bisa mengungkap kasusnya dengan terang benderang. Meski konstruksi
penyelesaian hukum ndak sertamerta harus mengiyakan logika publik. Sembari
turut berbela sungkawa, mudah-mudahan almarhum mendapat tempat terdamai di
Sisi-Nya dan segenap keluarga yang ditinggalkan senantiasa tabah, sekelumit
tanya masih berkitar-kitar dalam kepala.
Benarkah wedang kopi hot,
seperti biasa saya dan sampean nikmati, menyebabkan kematian? Saya jadi
terkenang almarhum kakek yang terbilang penyuka tulen kopi, dalam sehari bisa
menghabiskan dua-tiga gelas wedang kopi pahit, bahkan kadang bertambah jika
kebetulan banyak tamu berkunjung sewaktu-waktu.
Usia kakek lebih kurang sembilan
puluh dua tahun saat wafat. Tubuhnya masih bugar dengan kondisi jantung sangat
normal, meski terakhir kali sakit bawaan masa uzur. Jadi, sakitnya bukan sebab doyan
minum kopi. Selama hidupnya pun ndak pernah mengalami keluhan maag dan sebagainya.
Eits, ini bukan pembelaan bernada justifikasi berbeda lho yo.
Ketika saya coba browsing mencari
informasi di internet, saya mendapati berita tentang pria muda asal Kyushu,
Jepang, meninggal sesudah menenggak asupan berkafein secara berlebihan di
penghujung tahun kemarin. Taruhlah kafein yang kerap menjadi ”terdakwa” yang
sama dalam seduhan kopi pada umumnya. Itu pun kasus overdosis pertama yang
terjadi.
Laporan hasil pemeriksaan forensik
menyatakan, pemuda berumur dua puluh tahun itu sebelumnya terbiasa mengonsumsi pula
minuman energi mengandung kafein bertakaran tinggi. Kebiasaan demikian dilakoni pekerja SPBU 24 jam tersebut, agar tetap terjaga selama bekerja dari tengah malam
hingga subuh. Ia juga pernah muntah
beberapa kali dalam setahun mutakhir.
Menariknya, pada rentang waktu yang
berdekatan media The Huffington Post menurunkan tulisan berjudul Drinking
Coffee Tied To Lower Risk Of Death di pertengahan Desember lalu. Dengan mengutip
sumber American Journal of Epidemiology, tentang
penelitian terkait wedang kopi selama sepuluh tahun di Amerika, menjelentrehkan
ulasan sebaliknya.
Orang yang demen nyeruput
wedang kopi, kemungkinan berdampak kematian justru lebih kecil, ketimbang
mereka yang samasekali ndak meminumnya. Dr Loftfield dari National Cancer Institute di Rockville, Maryland, lebih jauh menjelaskan banyak studi yang merilis tentang risiko kematian dan penyakit jantung yang rendah bagi pengonsumsi kopi. Artinya, penggemar wedang kopi hot, memiliki usia lebih panjang daripada para sedulur yang belum pernah menyesapnya yo?
Telisik demikian kiranya turut
menguatkan, kasus ”ngopi maut” yang mematikan itu, bukan kopi biang
keladinya. Jika memang nanti terbukti adanya kesengajaan peracunan terhadap
korban, rekayasanya menyiratkan tindakan banal penghilangan nyawa yang ndak
bisa dibenarkan secara hukum. Waba’du, sejenak kita nyeruput
wedang kopi hot dulu, biar makin waras dan terhindar jauh-jauh dari
hasrat jahat sekecil apapun yuk!
Referensi bacaan:
Ilustrasi: Authority Nutrition