Wedang Kopi Hot Relationship


TEMA relationship memang sip diperbincangkan pada banyak kesempatan. Mulai dari istilah hingga sekelumit fenomena uniknya dalam jejaring sosial, termasuk di Facebook yang begitu digandrungi masyarakat.

Kiranya, siapapun akan tergugah ciyus menyimak sambil duduk manis, bahkan tertarik ikut nimbrung mengobrolkannya. Kecuali bagi mereka yang sedang bete, entah karena sedikit masalah dengan pujaan hatinya atau hal lain hehehe...

Geliatnya juga boleh dibilang telah menjadi bagian tren perbincangan di ruang publik dan media. Taruhlah seperti ngopi yang tampaknya makin ngetren dalam pergaulan belakangan ini. Utamanya bagi penyuka wedang kopi, bersama menikmati sajian minuman hitam khas itu sendiri bisa dimanfaatkan sebagai alternatif maknyus untuk membangun dan membina relasi. 

Eits, dunia perkomputeran juga mengenal sebutan relationship. Lazimnya berupa skema yang menggambarkan korelasi antara field dalam satu table dengan field dalam table lainnya berdasar kode tertentu contohnya Microsoft Access pada komputer. Sandi field primary key biasanya tertanam di satu tabel, sedangkan field foreign key tersimpan di table yang lain.

Namun pembicaraan kali ini ndak akan membeber tetek-bengek hal tersebut. Melainkan, seputar relationship di antara makhluk Tuhan paling ”seksi” bernama manusia. Tentu dengan memerhatikan pandangan umum dan merujuk penjelasan mendasarnya. 

Relationship sebagai keniscayaan. Awalnya perlu dimafhumi bahwa fitrah manusia sebagai makhluk sosial tentunya meniscayakan hubungan dengan sesamanya. Karena itu, memiliki dan menjalaninya seiring waktu menjadi kebutuhan sepanjang hidup setiap orang. Baik dalam lingkup terbatas maupun cakupan yang luas. 

Kecenderungan umum selama ini. Saat merunut deskripsinya ndak gampang. Kebanyakan informasinya yang tersedia sebatas berkutat pada urusan bisnis (elemen manajemen) lalu balada romantika cowok dan cewek. Umumnya sedulur telanjur cenderung selalu memahaminya dengan kacamata ekonomi berikut aktivitas organisasi di dalamnya serta percintaan melulu. 

Serangkum kilas balik perkembangannya. Bila menukil penelusuran ahli di bidangnya, Bryan Caplan, istilah relationship pertama kali mencungul tahun 1744. Tetapi penerapannya ndak berlaku untuk hubungan romantis atau seksual hingga tahun 1944. Kemudian pemakaiannya berkembang mencakup bermacam hubungan sosial pada 1970-an.

Dalam kamus gaul. Kata relationship juga tercatat dalam Kamus Slang dengan singkatan ”Relat” adopsi dari bahasa Inggris. Relat dipakai pula guna memertanyakan hubungan, semacam ”Jones”, ”LDR” dan lain-lain. Jones sendiri kependekan dari ”Jomblo Ngenes” dan LDR akronim dari ”Long Distance Relationship” alias hubungan jarak jauh.

Dalam hal ini, LDR ndak hanya digunakan untuk ikatan pacaran, istilah lainnya ”LDRR” (Long Distance Romantic Relationship). Tapi juga dikenakan ketika seseorang jauh dari keluarga atau handai tolan. Dikatakan LDR bila memenuhi selisih jarak minimum dua kelurahan atau sekitar 45km.

Fenomena uniknya di Facebook. Bila sampean pesybuker aktif dan sempat mencermati seksama langgam interaksi di situs pertemanan ini, bakal menemukan kasuistik yang unik selain beragam kasus berbau kriminal. Nah, biasanya teman pesybuk terutama para cewek yang sedang menetapkan status berpacaran, segera asyik banget dalam kemesraan dengan kekasihnya. Dan itu boleh-boleh saja, hak siapapun.

Lambat-laun mereka kemudian tanpa sadar terus menjauh bahkan tiba-tiba menghilang dari teman-teman mereka, baik hanya teman pesybuk maupun sekaligus teman nyata, yang sebelumnya aktif berinteraksi seru-seruan. Ironisnya, saat ikatan mereka hanya seumur jagung untuk kemudian mengalami trouble, mereka tampak seakan ndak mempunyai teman hehehe...

Apa sebenarnya relationship? Pemaknaannya kembali pada asusmsi masing-masing orang. Hanya, imbuhan ”-ship” jelas mengendapkan pesan tersendiri, sama halnya term ”friendship” atau semacamnya yang membedakan dengan kosakata tanpa embel-embel tersebut.

Karena itu, ndak sedikit pemerhati yang lantas mengaksentuasinya sebagai koneksi yang sekurangnya melibatkan proses rohaniah dengan aspek psikologis. Ditambah praktiknya secara hakiki bersifat dialogis, iteraksi mutual, serta berorientasi mencapai perasaan bahagia antar-personal yang melakoninya.

Yang penting dalam aktualisasinya. Setiap individu pasti menginginkan hubungan semanis yang diidamkannya, lebih-lebih dengan someone yang menjadi sandaran cintanya. Tapi selama perjalanannya bukan mustahil pula diwarnai persoalan maupun konflik, meski kadang sebenarnya berawal salah paham masalah sepele belaka. Mengingat, tiap person terlahir dengan ”bawaan orok” yang berbeda-beda bahkan saling kontras.

Dari sini, hal terpentingnya bukan hanya soal bagaimana seseorang piawai menjalin relasi. Melainkan, bagaimana pula tiap pribadi terus belajar dan berusaha saling memahami, mengelola konflik dan menerima perbedaan apapun hingga bakal membikin langgeng hubungan penuh semringah.

Serasa nyeruput wedang kopi hot. Walhasil, meniti relationship kiranya bagai menikmati seduhan kopi. Ada kalanya susah dijelaskan lewat kata-kata serta ditapaki, namun sensasinya nikmat banget dan nyata rasanya. Kadang terasa manis, kadang sedikit getir. Selama menyeruputnya juga seharusnya pelan-pelan agar bibir ndak melepuh. Konflik yang sesekali mencuat hanyalah serupa butiran kopi yang perlu disaring agar ndak ikut tertelan atau membikin tersedak. Bagaimana menurut sampean? Hehehe...
Tambahkan Komentar

0 comments